пʼятниця, 22 липня 2011 р.

Hemat Energi dari Bohlam

Oleh : Hendy Yang

Lampu listrik atau kerap dikenal dengan bohlam merupakan teknologi yang sangat dibutuhkan manusia sebagai alat penerangan. Bayangkan bila bola lampu tidak ada, penerangan masih menggunakan penerangan tradisional sehingga aktivitas malam tidak akan selancar sekarang ini.

Zaman sekarang, semua rumah hampir menggunakan bohlam. Jenisnya pun beragam mulai dari bola lampu jenis Incandescent (lampu pijar) sampai dengan Fluorescen (lampu neon). Jenis lain, lampu halogen merupakan lampu yang agak jarang digunakan dalam aplikasi kehidupan sehari-hari.

Akibat penggunaannya yang marak, bohlam merupakan salah satu teknologi yang mengkonsumsi energi listrik cukup tinggi. Rata-rata 50 persen listrik dari PLN digunakan untuk penerangan (PLN, 2002). Karena itu, pemilihan mengenai bola lampu yang tepat dapat mengurangi jumlah penggunaan listrik yang semakin mencapai beban puncaknya.

Isu ini juga sedang ditin-daklanjuti pemerintah. Pemerintah mulai merambah dunia perbohlaman dalam menggencarkan program hemat energi. Sosialisasi mengenai pengalihan lampu pijar ke lampu neon sudah cukup berhasil. Selain lampu pijar lebih redup, lampu pijar memiliki efisiensi yang sangat rendah 2 - 10 persen. Artinya, minimal 90 persen energi listrik akan terbuang menjadi energi lain seperti panas dan infra merah. Sedangkan, lampu neon memiliki efisiensi tertinggi hingga 40 persen. Lampu hemat energi merupakan lampu yang memiliki efisiensi energi listrik dan pencahayaan yang paling besar.

Penggunaan lampu neon yang bervariatif mendorong pemerintah menganjurkan penggunaan berlabel hemat energi. Anjuran ini sudah dikumandangkan sejak bertahun-tahun yang lalu. Kini, pemerintah mulai mempertegas ahlinya dengan memperlakukan sikap kepada produsen bola lampu. Produsen bola lampu yang tidak mengikuti ketentuan akan mendapat perlakuan.

Hal ini senada dengan penyampaian Direktur Pengawasan Barang Beredar dan Jasa Kementerian Perdagangan Inanyat Iman (4/7), "Kami siap membersihkan produk lampu yang tak berlabel LHE sebagaimana yang tercantum Surat Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Kami tidak mau main-main lagi. Kalau tidak mengikuti aturan, kami akan melakukan penegakkan hukum."

Inilah suatu langkah yang pemerintah tempuh dalam memperjuangkan hemat energi. Langkah lain adalah pemasangan lampu tenaga surya di Indonesia timur. Lampu tenaga surya ini memang terbatas dipasang sebagai penerangan jalan. Kupang, misalnya, sudah memiliki 54 unit lampu surya ini sampai Juni 2011. Proyek ini merupakan suatu model yang dapat diterapkan pada kota-kota besar seperti Medan, Jakarta, atau Bandung. Institut Teknologi Bandung pun telah menerapkan teknologi serupa pada kampusnya. Lampu bertenaga surya dengan memakai teknologi solid-state mengkonversi energi surya menjadi cahaya telah menerangi kampus terbaik Indonesia tersebut pada malam hari. Beriringan dengan upaya kampus tersebut dalam mengatasi masalah ini. Profesor DR. Ir. T. A. Fauzi MSME, contohnya, telah memasang beberapa lampu penerangan jalan tol dengan memakai turbin angin Savonius memanfaatkan angin di jalan tol serta angin dari laju kendaraan. Percobaan ini telah berhasil dilakukan di sebuah jalan tol. Pemanfaatan energi terbarukan juga dapat menjadi solusi untuk mengadakan penghematan energi bohlam terhadap pemakaian energi listrik.

Banyak lagi yang telah pemerintah lakukan dalam mendukung gerakan hemat energi bohlam ini. Instruksi Presiden RI (Inpres) Susilo Bambang Yudhoyono Nomor 2 Tahun 2008 tentang Penghematan Energi dan Air di Perkantoran Pemerintah pun mendorong pasangan walikota Balikpapan H. M Rizal Effendi S.E dan H. Heru Bambang S.E berkomitmen melakukan penghematan energi di pemkot Balikpapan hingga 40 persen. Pasangan yang mengusung slogan "Responsif dan Humanis" tersebut juga menerapkan pemasangan lampu hemat energi pada perkantoran, mendisiplinkan mematikan lampu saat tidak digunakan, serta rencana pemasangan lampu tenaga surya pada jalan. Komitmen kedua pasangan ini merupakan salah satu upaya yang patut ditiru oleh para pemimpin lain.

Teknologi baru bohlam yang lebih hemat energi pun telah ditemukan. Lampu LED yang memanfaatkan dioda untuk mengubah energi listrik menjadi energi cahaya memiliki efisiensi hingga 80 persen. Harganya memang relatif masih lebih mahal. Namun, lampu ini memiliki efisiensi tinggi/hemat energi serta tahan sampai 25 tahun.

Apa yang Dapat Masyarakat Lakukan?

Penghematan energi dari bola lampu membutuhkan partisipasi banyak pihak. Artinya, semakin banyak masyarakat yang berpartisipasi, besar penghematan semakin meningkat. Berdasarkan permasalah hemat energi bola lampu, pemerintah telah melakukan banyak upaya untuk menyukseskannya. Masyarakat sangat diharapkan ambil andil dalam pelaksanaan program tersebut.

Upaya paling sederhana yang dapat masyarakat lakukan adalah penggunaan bola lampu hemat energi. Selain itu, pengaturan tata ruang mengenai intensitas cahaya dengan luas area ruangan juga dapat dilakukan dengan berkonsultasi dengan ahli. Hal ini perlu agar pemakaian bola lampu dapat efektif pada ruangan.

Lampu LED juga dapat menjadi pilihan masyarakat untuk terus digunakan. Lighting Research Center menghitung bahwa total energi listrik dapat berkurang hingga 56 persen apabila seluruh dunia menggunakan lampu LED sebagai penerangan. Dari perhitungan tersebut, emisi karbon dunia dapat berkurang hingga 300 juta ton per tahun. Namun, tentu saja perhitungan tersebut tidak akan terjadi bila kita tidak memulai.

Salah satu upaya paling sederhana lagi adalah mematikan lampu bila tidak digunakan. Ini merupakan upaya yang sangat sederhana namun sering sekali sukar dilakukan. Upaya ini juga memerlukan komitmen serta disiplin yang tinggi. Ketahuilah, dampak partisipasi masyarakat dalam jumlah besar akan menghasilkan dampak signifikan dalam pengurangan konsumsi listrik. Hanya saja, maukah masing-masing kita melakukannya?***

Penulis adalah bergelut di bidang konversi energi.

Немає коментарів:

Дописати коментар